Iseng-iseng sambil menunggu jam bola berikutnya mulai, saya browsing di beberapa portal berita terkemuka di Indonesia, siapa tahu aja ada berita menarik tentu saja selain berita piala dunia 2010 yang barusan dimenangkan oleh Uruguay dengan skor akhir 2-1 melawan Korea Selatan.
Nah, pas mampir ke portal berita online Tribunnews, ada artikel menarik bagi saya, tentu saja coba dibayangkan ada 97 kuburan bayi yang ada di taman rumah bordil pada jaman Era Roma dulu, sungguh mengerikan bagi saya.
Ya mungkin saja karena tidak ada alat pencegah kelahiran, besar kemungkinan kehamilan yang tak dikehendaki merupakan hal yang lumrah di rumah-rumah bordil zaman Romawi. Untuk berita selengkapnya silahkan dilihat di bawah ini:
Nah, pas mampir ke portal berita online Tribunnews, ada artikel menarik bagi saya, tentu saja coba dibayangkan ada 97 kuburan bayi yang ada di taman rumah bordil pada jaman Era Roma dulu, sungguh mengerikan bagi saya.
Ya mungkin saja karena tidak ada alat pencegah kelahiran, besar kemungkinan kehamilan yang tak dikehendaki merupakan hal yang lumrah di rumah-rumah bordil zaman Romawi. Untuk berita selengkapnya silahkan dilihat di bawah ini:
Para arkeolog yang menyelidiki kuburan massal 97 bayi di satu desa zaman Romawi di Thames Valley yakin itu rumah bordil.Bagaimana teman-teman? Sungguh sadis dan mengerikan sekali bukan? Semoga saja hal ini tidak terjadi di Indonesia pada jaman sekarang ini, apalagi zaman sudah modern, tidak perlu menunggu bayi lahir ya mungkin sudah digugurkan oleh mereka-mereka yang tidak bertanggung jawab.
Serangkaian tes di situs yang berada di Buckinghamshire itu menunjukkan semua bayi meninggal pada usia empat bulan kandungan. Para arkeolog menduga penduduk lokal mungkin melakukan pembunuhan bayi yang tak diinginkan.
Arkeolog Dr Jill Eyers mengatakan, “Satu-satunya kesimpulan yang terus-menerus terlintas adalah bahwa situs itu rumah bordil.” Karena tidak ada alat pencegah kelahiran, besar kemungkinan kehamilan yang tak dikehendaki merupakan hal yang lumrah di rumah-rumah bordil zaman Romawi, kata Dr Eyers yang bekerja untuk Chiltern Archeology.
Dan perbuatan membunuh jabang (bayi) mungkin tidak mengejutkan di zaman itu seperti halnya sekarang ini. Catatan arkeologis memperlihatkan bayi belum dianggap sebagai manusia “lengkap” sampai berusia dua tahun, kata Dr Eyers.
Anak-anak di bawah dua tahun tidak dikuburkan di pemakaman. Karena itu, penguburan bayi di zaman Romawi acapkali dilakukan di pekarangan rumah. Meskipun demikian para pakar mengatakan jumlahnya di desa Yewden di Hambleden luar biasa banyaknya.
Uji DNA
“Tidak ada lokasi lain yang menampung 97 kuburan bayi,” ujar Dr Simon Mays –pakar rangka manusia di Centre of Archeology yang menyelidiki temuan tersebut.
Usia jabang-jabang itu dihitung dengan mengukur panjang tulangnya. Para periset mendapati semuanya berukuran serupa. Dr Mays yakin hal ini menunjukkan adanya pembunuhan jabang secara sistematis pada saat lahir, bukan meninggal secara alami. Sebab, meninggal secara alami seharusnya akan membuat bayi-bayi itu berbeda usia.
Situs Hambleden, dekat ke Sungai Thames, digali 100 tahun yang lampau dan diyakini sebagai vila Romawi yang berstatus tinggi. Penggalian dilakukan secara besar-besaran namun terkubur di bawah ladang gandum. Tetapi catatan cermat ditinggalkan oleh seorang ahli alam dan arkeolog, Alfred Heneage Cocks.
Lebih 300 peti yang penuh dengan artefak, pot dan tulang-belulang baru-baru ini ditemukan di Museum Buckinghamshire bersama laporan asli Cocks yang diterbitkan pada ahun 1921, dan arsip foto kecil. Catatan itu menjelaskan lokasi persis mayat-mayat bayi itu, yang disembunyikan di bawah dinding atau dikuburkan di taman dalam posisi berdekatan.
Laporan asli Cocks memberikan perhatian pada tulang-belulang yang sekarang sedang dites untuk pertama kali oleh lembaga penjaga warisan Inggris, English Heritage. Tim itu berencana melakukan uji DNA atas rangka-rangka tersebut dalam upaya untuk memastikan jenis kelamin mereka dan kemungkinan hubungan mereka.
Mereka juga mencoba mengungkap informasi lain yang mungkin menunjukkan motif dari praktik itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar